Perkembangan Orientasi Masa Depan



Sebagaimana sudak diakui bersama bahwa kewirausahaan merujuk pada pribadi yang mulia, yang mampu berdiri diatas kemampuan sendiri, yang mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, serta mampu menerapkan tujuan yang dicapai atau dasar pertimbangannya sendiri. Lebih jauh perkembangannya adalah sebagai rintisan usaha yang berwawasan masa depan.
Dengan demikian, wirausahawan bukanlah sekedar pedagang, namun jadi lebih dalam dari maknanya, yaitu yang berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri, efisiensi waktu, kreativitas, ketabahan, keuletan, kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri yang tujuannnya adalah untuk mempersiapkan tiap individu maupun masyarakat agar dapat hidup layak sebagai manusia yang kehadirannya ditujukan untuk mengembangkan dirinya, masyarakat, alam dan kehidupan secara dinamis.
Dalam perspektif  suatu bisnis, adalah merupakan tuntutan logis bagi para pelakunya itu mengembangkan pemikiran dan langkah usahanya itu terorientasikan untuk meraih sukses di masa depan.
Pengertian Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan adalah upaya antisipasi terhadap masa depan yang menjanjikan.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ellizabeth B Hurlock (1981) peserta didik remaja mulai memikirkan kebutuhan tentang masa depan secara sungguh-sungguh. peserta didik mulai memberikan perhatian kepada yang besar terhadap bebagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya. Diantara kehidupan di masa depan yang banyak mendapat perhatian dari peserta didik adalah lapangan pendidikan (Nurmi 1989), disamping dunia kerja dan hidup rumah tangga (havighurst 1984).
Menurut G Thrommsdorf (1983) Orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan menurut Nurmi(1991), Orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana, dan strategi pencapaian tujuan dimasa akan datang.
Skema kognitif memberikan suatu gambaran individu(peserta dididk) tentang hal-hal yang dapat diantisipasi dimasa yang akan datang baik tentang dirinya maupun lingkungannya, atu bagaimana individu mampu menghadapi perubahan konteks dari berbagai aktifitas komplek dimasa datang.
Menurut Nurmi (1991) skema kognitif tersebut berinteraksi dengan tiga tahap proses pembentukan orientasi masa depan yaitu:
a.      Motivation (motivasi)
b.      Planning ( perencanaan)
c.       Evaluation ( evaluasi)
Dengan turut sertanya aspek kognitif, maka berarti bahwa perkembangan orientasi masa depan dipengaruhi oleh perkembangan kognitif. Menurut nurmi (1991), perkembangan orientasi masa depan terlihat lebih nyata ketika individu telah mencapai tahap perkembangan pemikiran operasional formal.
Pada umumnya orientasi masa depan peserta didik berkisar pada tugas-tugas perkembangan yang dihadapi pada masa peserta didik dan dewasa awal, yang meliputi berbagai laoangan kehidupan, terutama pendidikan, pekerjaan dan perkawinan. Akan tetapi dibagian lain Nurmi (1989) menjelaskan bahwa dari ketiga lapangan kehidupan tersebut yang lebih banyak mendapat perhatian peserta didik adalah pendidikan.
Uraian diatas memberikan uraian bahwa sekolah sangat menentukan masa depan peserta didik. Dalam pandangan peserta didik, sekolah merupakan bagian yang berperan besar  dalam pembentukan konsep tentang kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Kegagalan sekolah dianggap sebagai kegagalan hidupnya dimasa depan. Oleh senbab itu, peseta didik mulai memikirkan dan menentukan sekolah yang diperkirakan mampu memberikan peluang bagi kehidupan dikemudian hari.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Orientasi Masa Depan
a.  Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai standar kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan.(  Strantock,1998) Mc Clellan mengunakan istilah need for achievement untuk memotivasi berprestasi ,dan mendefinisikannya sebagai suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi yang didasarkan atas suatu standra keunggulan.
Menurut Hainz Heckhausen (1967) motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai suatu pembanding.
Standar keunggulan tersebut mencangkup tiga hal yaitu:
a.    Standar keunggulan tugas yaitu keunggulan yang berkaitan dengan pencapain tugas secara sebaik-baiknya
b.    Standar keunggulan diri yaitu standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding sebelumnya
c.    Standar keunggulan orang lain yaitu standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang setara
Heikson lebih jauh menyebutkan 6 ciri individu yangb memiliki motivasi berprestasi, yaitu:
a)    Memiliki gambaran diri yang positif,optimis dan percaya diri
b)    Lebih memilih tugas yang tingkat kesukarannya lebih sedang- sedang saja dari pada tingkat kesukaran yang lebih mudah
c)    Berorientasi ke masa depan
d)    Sangat menghargai waktu
e)    Tabah dan tekun dalam mengerjakan tugas
f)     Lebih memilih seorang yang ahli sebagai mitra dari pada orang simpati
Menurut Ausubel dalam (howe 1984) motivasi berprestasi mencangkup 3 komponen :
a)    Dengan kognitif yang mendorong seseorang untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang ditekuninnya dengan hasil yang baik
b)    An ego enhancing one yaitu keinginan seseorang untuk meningkatkan kualitas dan harga dirinya
c)    Afiliasi yaitu keinginan seseorang untuk berkumpul dengan orang lain
Atkinson menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan disposisi berprestasi usaha verhasil yang menganggapnya sebagai dorongan dengan kecendrungan mendekati suatu keberhasilan daripada kegagalan, sebaliknya individu yang memiliki motivasi prestasi yang rendah cendrung mengantisipasi kegagalan.
Mengacu pada konsep diatas dapat dipahami bahwa kebutuhan peserta didik akan prestasi belajar disekolah sangat ditentukan oleh motivasi berprestasi yang akan bekerja keras dan sangat mudah atau sangat sukar. Dengan memilih tugas yang sangat sukar dia mempunyai alasan mengenai kegagalan yang akan dihadapinya, sedangkan tugas yang sangat mudah memberi peluang untuk terhindar dari kegagalan.
Faktor lingkungan yang mungkin mempengaruihi motivasi meliputi :rasa aman, rasa bersatu dengan kelompok,  dan mendapat dukungan dari sekolah dan teman sekelas. Goodenow membuktikan bahwa rasa diterima dan menyatu dengan kelompok dan dukungan yang kuat berkaitan dengan motivasi dan prestasi akademik.
Iklim Sekolah
Iklim sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar pesrta didik disekolah,artinya iklim sekolah yang kondunsif akan membangkitkan motivasi berprestasi mereka. Sebaliknya iklim sekolah yang kurang sehat akan menghambat motivasi berprestasi mereka yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya,meskipun banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mereka seperti pola belajar siswa,guru,sarana dan prasarana,namun iklim sekolah menempati peran yang sangat penting, hal ini karena faktor-faktor iklim sekolah tidak saja bersifat mendukung melainkan dapat mengangu jalannya proses belajar
Lingkungan Keluarga
Penelitian yang dilakukan oleh Mugiadi dkk (dalam triyono1990) menunjukan bahwa kontribusi 8,8% terhadap prestasi belajar sementara itu Moh Afiq dalm penelitiannya menyatakan bahwa antara perlakuan orang tua, pendidikan orang tua dengan prestasi belajar mahasiswa dengan koefisien korelasi 0,29,perlakuan orang tua tersebut antara lain untuk memotivasi anaknya berprestasi, kesempatan belajar yang diciptakan orang tua dirumah dan diluar rumah.
Tujuh variabel yang dianngap mewakili latar belakang keluarga:
1.      Jumlah anggota keluarga
2.    pendidikan orang tua
3.    status jabatan keluarga
4.    penghasilan keluarga
5.    pengaturan rumah
6.    kepemilikan
7.    lingkungan pendidikan rumah

Resiliensi
Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani memungkinkanya untuk menghadapi,mencegah,meminimalkan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau mencegah kondisi untuk diatasi.
Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam keadaan sulit. (Reivich dan Shatte,2002) resiliensi dibangun dari beberapa kemampuan yang berbeda dan hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memilki kemampuan tersebut dengan baik.
Kemampuan resiliensi ini terdiri dari :
1. Regulasi emosi, menurut Reivich dan Shatte (2002) regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam tekanan
2. Pengendalian implus Reivich dan shatte (2002) mendefinisikan pengendalian impus adalah kemampuan mengendalikan keinginan , dorongan,kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang.
3. Optimisme, individu yang resilien adalah individu yang optimis.mereka memilki harapan dimasa yang akan datang dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya.
4. Empati, mempresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain
5. Analisis penyebab masalah, Seligman ( dalam Reivich  dan Shatte,2002) mengungkapkan sebuah konsep yang berhubungan erat dengan analisis penyebab masalah yaitu gaya berfikir
6. Efikasi diri, Reivich dan Shatte(2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dam memecahkan masalah dengan efektif .

KEPEMIMPINAN ORIENTASI MASA DEPAN
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukannya dalam kerja” dengan praktik. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Salah satu konsekuensi logis dari pernyataan demikian ialah bahwa ciri- ciri kepemimpinan digunakan atau ditonjolkan dengan bobot dan intensitas yang berbeda. Artinya, berbagai ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin tidak seluruhnya digunakan secara serentak dengan tingkat penggunaan yang sama. Misalnya, seorang pimpinan yang pada dasarnya merupakan seorang pemimpin yang demokratik, dalam menghadapi situasi tertentu mungkin terpaksa menggunakan gaya yang otokratik untuk sementara. Dalam hal demikian ciri- ciri yang sesuai dengan gaya demokratik tidak akan digunakannya. Ciri- ciri yang mendukung gaya yang otokratiklah yang menonjol dalam penggunaannya, sekali lagi mungkin hanya untuk sementara.
Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri- ciri yang ideal dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Traits Theory” memberi petunjuk bahwa salah satu ciri- ciri pemimpin yang ideal adalah Orientasi Masa Depan.
CIRI – CIRI KEPEMIMPINAN YANG IDEAL
Para teoritisi yang mendalami berbagai aspek, masalah dan pendekatan tentang kepemimpinan yang efektif pada umumnya telah sepakat bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menganalisis kepemimpinan bedasarkan ciri- ciri ideal yang menjadi idaman setiap orang yang menduduki jabatan pimpinan. Namun kesepakatan demikian tidak berarti bahwa telah terdapat consensus bulat tentang ciri- ciri ideal tersebut.
Per definisi pembahasan secara teoritikal menyangkut ciri- ciri yang bersifat ideal. Dengan perkataan lain, ciri- ciri tersebut merupakan hal yang perlu diusahakan pemiliknya terus menerus oleh setiap orang yang mendapat kesempatan menjadi pimpinan. Pada saat seorang menduduki suatu jabatan pimpinan tertentu, dapat dipastikan bahwa orang tersebut memiliki hanya sebagian saja dari ciri- ciri tersebut. Selebihnya merupakan hal yang harus diusahakan pemiliknya selama seseorang meneliti karilnya. Dengan usaha yang amat sungguh- sungguh pun tetap tidak ada jaminan bahwa keseluruhan ciri- ciri itu telah dimilikinya pada waktu yang bersangkutan mengakhiri masa pengabdiannya pada organisasi. Bahkan dapat dikatakan bahwa salah satu sumber kepuasan psikologis bagi seorang pimpinan tidak terletak pada terwujudnya keinginan untuk memiliki seluruh ciri- ciri ideal tersebut, melainkan pada pengetahuan dan keyakinan bahwa ia telah melakukan usaha yang maksimal untuk memiliki sebanyak mungkin ciri- ciri kepemimpinan itu.
Telah ditekankan pada bagian lain buku ini bahwa dalam praktek tidak ada seorang pemimpin yang secara konsisten menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Situasi, kondisi, waktu, dan tempat yang berbeda sangat mungkin menuntut penggunaan berbagai gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin. Aneka ragam fungsi yang harus diselenggarakan pun sering menuntut gaya kepemimpinan yang berbeda- beda.
Salah satu konsekuensi logis dari pernyataan demikian ialah bahwa ciri- ciri kepemimpinan digunakan atau ditonjolkan dengan bobot dan intensitas yang berbeda. Artinya, berbagai ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin tidak seluruhnya digunakan secara serentak dengan tingkat penggunaan yang sama. Misalnya, seorang pimpinan yang pada dasarnya merupakan seorang pemimpin yang demokratik, dalam menghadapi situasi tertentu mungkin terpaksa menggunakan gaya yang otokratik untuk sementara. Dalam hal demikian ciri- ciri yang sesuai dengan gaya demokratik tidak akan digunakannya. Ciri- ciri yang mendukung gaya yang otokratiklah yang menonjol dalam penggunaannya, sekali lagi mungkin hanya untuk sementara. Teori tentang analisis kepemimpinan berdasarkan ciri- ciri yang ideal dalam bahasa Inggris dikenal dengan “Traits Theory” memberi petunjuk bahwa ciri- ciri pemimpin yang ideal adalah sebagai berikut:
a.      Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
b.      Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
c.       Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
d.      Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
e.      Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
f.        Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.
g.      Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
h.      Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
i.        Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
j.        Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
k.       Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
l.        Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
m.    Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
n.      Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
o.      Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
p.      Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
q.      Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
r.       Menjadi Pendengar yang Baik
s.       Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
t.        Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
u.      Ketegasan
v.       Keberanian
w.     Orientasi Masa Depan
x.       Sikap yang Antisipatif dan Proaktif (Siagian, 2010:74-75).

ORIENTASI MASA DEPAN DALAM ANALISIS KEPEMIMPINAN BERDASARKAN CIRI – CIRI
Salah satu ciri- ciri kepemimpinan yang harus dimiliki yaitu orientasi pimpinan. Jika seseorang tergolong sebagai traditionalis, orientasi waktunya akan ditujukan ke masa lalu dan bernostalgia akan meupakan ciri utamanya. Jika seorang tergolong sebagai oportunis, orientasinya adalah masa sekarang yang berarti mempunyai berbagai ciri seperti : ingin segera menikmati hasil pekerjaanya, wawasan hidup yang sempit dan ketidak mauan mengambil resiko besar. Jika seorang tergolong sebagai developmentalist, orientasi waktunya adalah orientasi masa depan. Secara kategorikal dapat dinyatakan bahwa orientasi masa depanlah yang diharapkan dimiliki oleh seorang pimpinan.
Memang benar bahwa seseorang perlu selalu mengingat masa lalunya. Juga penting mengetahui dimana seseorang sekarang berada. Tetapi yang jauh lebih penting adalah orientasi masa depan. Berarti bahwa untuk dapat menentukan suatu bentuk orientasi masa depan yang tepat diperlukan suatu “potret” tiga dimensi dari organisasi yang dipimpinya, yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Pentingnya mengenal masa lalu organisasi terlihat pada pengetahuan dan persepsi yang tepat tentang dua hal, yaitu : keberhasilan yang diraih beserta factor- factor pendukungnya dan kekurang berhasilan atau bahkan mungkin kegagalan beserta factor- factor penyebabnya. Maksudnya adalah untuk belajar dari pengalaman masa lalu itu agar :
        Keberhasilan dijadikan modal untuk terus dikembangkan,
        Kekurang berhasilan atau kegagalan dijadikan bahan pelajaran agar kesalahan yang pernah diperbuat di masa lalu itu tidak terulang kembali.
Pentingnya mengenali masa sekarang terletak pada manfaatnya untuk menentukan arah dan strategi yang akan ditempuh dimasa yang akan dating. Mengenali masa sekarang antara lain berarti adanya kejelasan tentang status dan posisi nyata berdasarkan fakta- fakta dan bukan berdasarkan kesan atau perasaan. Berdasarkan fakta- fakta tersebut kekuatan dan kelemahan organisasi dapat diidentifikasikan dengan tepat pula, yang berupa kekuatan untuk dipupuk dan dimanfaatkan dan yang berupa kelemahan untuk diatasi.
Berdasarkan kedua hal itulah masa depan organisasi direncanakan. Agar dapat merencanakan masa depan yang diinginkan dengan baik, perlu diperkirakan secara tepat empat hal, yaitu :
        Kekuatan yang dimiliki oleh organisasi, misalnya dalam bentuk dan jenis keunggulannya dibandingkan dengan organisasi lain yang bergerak dalam bidang yang sama.
        Kelemahan yang mungkin secara inheren atau artifisal melekat pada tubuh organisasi,
        Kepentingan berbagai pihak yang menjadi “ stakeholders” bagi organisasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya,
        Perkembangan dan perubahan yang diperkirakan akan timbul dalam berbagai bidang seperti bidang politik, bidang ekonomi, bidang keamanan, bidang pendidikan, dan bidang teknologi, terutama perkembangan dan perubahan yang mempunyai dampak langsung bagi organisasi yang bersangkutan.
Merencanakan masa depan yang diinginkan berarti mendekatkan organisasi di masa depan dengan kondisi masa depan yang sesungguhnya. Untuk maksud tersebut, seyogyanya disusun berbagai alternative rencana sehingga apabila situasi nyata menghendakinya, segera dapat dilakukan pilihan dari berbagai rencana yang telah disusun tersebut. (Siagian, 2010:113-115).
CIRI – CIRI PEMIMPIN VISIONER
Kepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
a.      Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
b.      Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat “relate skillfully” dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
c.       Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
d.      Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan “ceruk” untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
a.      Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
b.      Futuristic Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
c.       Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
d.      Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu
e.      Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
f.        Taking Risks. Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
g.      Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
h.      Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.
i.        Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
j.        Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu:
a.      Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
b.      Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
c.       Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
d.        Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai “player-coach.”

1 Response to "Perkembangan Orientasi Masa Depan"

  1. http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/12/indonesia-di-mata-pendiri-xiaomi.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/12/ri-kirim-kopassus-ke-afghanistan-untuk.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/12/korut-diduga-kembangkan-rudal-pembawa.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM

    ReplyDelete