Secara teoritik, bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan lahir dan kebutuhan bersifat batin. Kebutuhan itu sudah merupakan takdir tentang keberadaannya pada diri manusia. Maka dari itu upaya memenuhinya merupakan “panggilan” hidup dalam kondisi apapun dan bagaimanapun.
Sebagai dorongan dari
dalam, kebutuhan bersifat lahiriyah adalah kebutuhan mendasar seperti kebutuhan
makan, minum, pakaian dan lainilain. Dan secara dinamik kebutuhan manusia
berkembang sesuai dengan lingkungan yang mengitarinya. Sepertihalnya kebutuhan
fisik, kebutuhan rasa aman juga merupakan hal yang diperlukan, bukankah manusia
cerdas itu dalam memenuhi kebutuhan fisiknya itu juga berfikir bahwa apa yang
dikonsumsi, digunakannya itu harus tidak membahayakan secara jangka pendek dan
jangka panjangnya. Bahkan manusia dalam lingkungan hidupnya membutuhkan
pengakuan sosial dalam eksistensinya. Termasuk pula kebutuhan manusia itu juga
akan harga dirinya dan menyalurkan hasrat kegemarannya atau apa yang
disukainya.
Dalam kehidupan berbagai
kontekstual apa yang disebutkan sebagai istilah, kata mativasi dan prestasi
sangat familiar dalam benak kita. Maka dari itu kajian tentang sebutan
“motivasi untuk berprestasi” nampak perlu dikedepankan.
PENGERTIAN MOTIVASI
Motif berasal dari bahasa latin
yaitu movere yang artinya bergerak. Motif yangdiistilahkan needs adalah
dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan (Ahmadi,1999).Perilaku manusia
senantiasa dilatarbelakangi motif dan motivasi. Beragamnya motifdan motivasi
mewarnai kehidupan manusia, misalnya makan karena lapar, ingin mendapat kasih
sayang, ingin diterima lingkungan dan sebagainya (Ahmadi, 1998).Pendapat para
ahli dalam literatur yang dibaca oleh penulis, bahwa pengertian motif dan
motivasi hampir sama dan tidak ditemukan perbedaan arti yang mendasar. Maksud
dan pengertiannya sama, hanya berbeda dalam memformulasikan kalimat pada motif
dan kalimat pada motivasi saja. Sedangkan arti yang terkandung dalam motif dan
motivasi sebenarnya memiliki persamaan. Oleh karena itu dalam penjelasan
berikutnya pada tulisan ini tidak dibedakan antara motif dan motivasi.
Ahmadi (1998) menjelaskan lebih lanjut, bahwa
motivasi adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Motivasi menurut Winkel
(1997) adalah sebagai daya penggerak dari dalam diri individu dengan maksud
mencapai kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Chaplin (1999)
mendefinisikan motivasi sebagai variabel penyelang yang digunakan untuk
menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan,
mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.
Murray (dalam Chaplin, 1999) juga
mengemukakan pendapatnya sendiri mengenai motivasi. Ia menyebutkan motivasi
sebagai motif untuk mengatasi rintangan-rintangan atau berusaha melaksanakan
sebaik dan secepat mungkin pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Walgito (2002)
menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang
menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat dan dorongan ini biasanya
tertuju pada suatu tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, Suryabrata
(2000) menyatakan motivasi suatu keadaan dalam diri individu yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
McClelland (1987) mendefinisikan
motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul
akibat pengaruh eksternal. Ia kemudian membagi kebutuhan tersebut menjadi tiga,
yaitu :
a. Kebutuhan Berkuasa (Need for Power)
b. Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement)
c. Kebutuhan Berteman (Need for Affiliation)
Berdasarkan teori-teori diatas
dapat disimpulkan pengertian dari motivasi yaitu suatu dorongan dalam diri
individu karena adanya suatu rangsangan baik dari dalam maupun dari luar untuk
memenuhi kebutuhan individu dan tercapainya tujuan individu. Jadi individu akan
bertingkah laku tertentu dikarenakan adanya motif dan adanya rangsangan untuk
memenuhi kebutuhan serta mendapatkan tujuan yang diinginkan. Berarti motivasi
berkaitan dengan dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu karena ada
rangsang atau stimulus yang tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan individu.
MOTIVASI BERPRESTASI
Motivasi berprestasi pertama kali
diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need
for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan
“n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab
merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih
baik daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit
virus ini mengakibatkan perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu
menjadi lebih giat dalam melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih
baik dari sebelumnya. Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut
Mc.Clelland adalah mereka yang task oriented dan siap menerima
tugas-tugas yang menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan
beberapa cara, yaitu membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan
standard tertentu (McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga
mengartikan motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu
kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal
(McClelland,1987).
Selanjutnya menurut Haditono
(Kumalasari, 2006), motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk meraih
prestasi dalam hubungan dengan nilai standar keunggulan. Motivasi berprestasi
ini membuat prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi
untuk prestasi tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa
senang jika dalam persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih
payah setelah mencapai standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai
dorongan berprestasi tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang
bisa memerlukan cukup banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga,
keterampilan dan ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang
masuk akal daripada hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai
suatu pekerjaan, individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin
mengetahui bagaimana pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan
umpan balik yang cepat dan tepat.
Menurut Herman (Linda, 2004)
motivasi berprestasi ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena
motif berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengatasi tantangan atau
rintangan dan memecahkan masalah seseorang, bersaing secara sehat, serta akan
berpengaruh pada prestasi kerja seseorang. Atkinson (Martaniah, 1998)
mengatakan bahwa motivasi berprestasi dalam perilaku individu mengandung dua
kecenderungan perilaku, yaitu :
a. Individu yang cenderung mengejar
atau mendekati kesuksesan
b. Individu yang berusaha untuk
menghindari kegagalan.
CIRI-CIRI INDIVIDU YANG MEMILIKI
MOTIVASI BERPRESTASI
Menurut McClelland (dalam Morgan, 1986) ciri-ciri
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah :
1. Menyukai tugas yang
memiliki taraf kesulitan sedang/menengah. Individu yang memilikimotivasi
berprestasi tinggi lebih menyukai tugas yang memiliki taraf kesukaran sedang
namun menjanjikan kesuksesan. Rohwer (dalam Robbins,2001) mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha mencoba
setiap tugas yang menantang dan sulit tetapi mampu untuk diselesaikan,
sedangkan orang yang tidak memiliki motivasi berprestasi tinggi akan enggan
melakukannya. Robbins (2001) menambahkan bahwa orang yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi menyukai tugas-tugas yang menantang serta berani mengambil
resiko yang diperhitungkan (calculated risk) untuk mencapai suatu sasaran yang
telah ditentukan. Spence (dalam Morgan, 1986) menambahkan, mereka yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi memiliki task oriented dan selalu mempersiapkan
diri terhadap tugas-tugas yang menantang.
2. Suka menerima umpan
balik (suka membandingkan kinerja dengan orang lain). Individu yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi mengharapkan umpan balik dengan cara membandingkan
performansinya dengan orang lain atau suatu standarisasi tertentu (Spence dalam
Morgan, 1986). Penetapan standard keberhasilan merupakan motif ekstrinsik yang
bukan dari dalam dirinya, namun ditetapkan dari orang lain. Seseorang terdorong
untuk berusaha mencapai standard yang ditetapkan oleh orang lain karena takut
kalah dari orang lain (Rohwer dalam Robbins, 2001). Individu yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi kerap mengharapkan umpan balik dan membandingkan
hasil kerjanya dengan hasil kerja orang lain dengan suatu ukuran keunggulan
yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain atau standard tertentu
(McClelland dalam Morgan 1986).
3. Tekun dan gigih
terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuannya. Individu yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi akan memiliki kinerja yang baik, aktif
berproduktivitas, serta tekun dalam bekerja. Dengan adanya motivasi berprestasi
karyawan akan memiliki sifat-sifat seperti selalu berusaha mencapai prestasi
sebaikbaiknya dengan selalu tekun dalam menjalankan tugas (Martaniah, 1998).
Atkinson (Linda,2004) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi
berprestasi adalah sebagai berikut :
a. Free Choise, adalah bahwa
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai aktivitas-aktivitas
atas keberhasilannya sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan segala
kemungkinan untuk berprestasi oleh karena kemampuan pengalaman keberhasilannya
yang lebih banyak sehingga kendati mengalami kagagalan masih tetap tersirat
untuk berhasil.
b. Persistence Behaviour, adalah
suatu anggapan individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap
bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya usaha, oleh sebab itu harapan
dan usaha untuk berhasil selalu tinggi.
c. Intensity of performance,adalah
suatu intensitas dalam penampilan kerja, artinya individu yang motivasi
berprestasinya tinggi selalu berpenampilan suka kerja keras dibandingkan
seseorang yang motivasi berprestasinya rendah.
d. Risk preference, adalah suatu
pertimbangan memilih risiko yang sedang artinya tidak mudah dan tidak juga
sukar.
Menurut
Herman dalam Martaniah (1998) ciri-ciri yang menonjol untuk memilih motivasi
berprestasi berprestasi tinggi antara lain :
a. Mempunyai inspirasi yang
tingkatannya sedang, hal ini terjadi karena individu tersebut memiliki
keinginan untuk berprestasi tinggi sehingga individu tersebut tidak ingin
melakukan sesuatu yang berbeda diluar jangkauannya atau tidak ingin membuang
waktu yang banyak untuk mengerjakan sesuatu diluar kemampuan dirinya.
b. Memiliki tugas yang memiliki
risiko yang sedang daripada yang tinggi.
c. Persperktif waktunya berorientasi
kedepan.
d. Mempunyai keuletan dalam melakukan
tugas yang belum selesai.
e. Mempunyai dorongan untuk
melakukan tugas yang belum selesai.
f. Memiliki pasangan kerja atas
dasar kemampuannya.
g. Usaha yang dilakukannya sangat
menonjol.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dismpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai
ciri-ciri antara lain, memiliki rasa percaya diri yang besar, berorientasi
kemasa depan, suka pada tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang, tidak
membuang-buang waktu, memilih teman yang berkemampuan baik dan tangguh dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
Heckhausen
(Monks dan Haditono,1999) mengatakan bahwa individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah memiliki perbedaan. Adapun
ciri-ciri individu yang motivasi berprestasi rendah adalah :
1. Orientasi pada masa lampau.
2. Memiliki tugas yang sukar dan
tidak sesuai dengan kemampuannya.
3. Tidak mempunyai kepercayaan dalam
meghadapi tugas, adanya rasa pesimis yang dimiliki.
4. Menganggap keberhasilan suatu
nasib mujur.
5. Cenderung mengambil pekerjaan
tingkat resiko lemah, sehingga keberhasilan akan mudah dicapai.
6. Suka bermalas-malasan serta
melakukan dengan cara yang baru.
7. Tidak menyenangi pekerjaan yang
menuntut tanggung jawab dan merasa puas sebatas prestasi yang dicapai.
8. Tidak mencari umpan balik dari
perbuatannyajika melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan.
Atkinson (Linda,2004) mengatakan bahwa ciri-ciri
individu yang tidak memiliki motivasi berprestasi antara lain :
a) Individu termotivasi oleh
ketakutan akan kegagalan.
b) Lebih senang menghindari
kegagalan.
c) Senang melakukan tugas-tugas yang
mempunyai taraf-taraf kesulitan yang rendah.
d) Individu senang menghindari
kegagalan dan akan menunjukkan performance terbaik pada tugas-tugas dengan
kesulitan yang rendah.
Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki
ciri-ciri antara lain, bersikap pesimis, orientasi pada masa lampau, menganggap
keberhasilan sebagai nasib mujur, menghindari kegagalan, suka memakai cara yang
lama, tidak menyenangi pekerjaan pekerjaan yang menuntut tanggung jawab serta
tidak berusaha untuk mencari umpan balik dari pekerjaannya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Berprestasi
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
pada seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
a.
Kemampuan Intelektual
Menurut Gebhart dan Hoyt (Linda,
2004) dengan kelompok kemampuan intelektual yang tinggi ternyata menonjol dalam
achievement, exhibition, autonomy dan dominance, sedangkan dengan kelompok
kemampuan intelektual rendah ternyata menonjol dalam order, abasement, dan
nurturance.
b.
Tingkat Pendidikan Orang tua
Sadli (Linda,2004) menyatakan
cara ibu mengasuh anak dapat menimbulkan motivasi berprestasi yang tinggi dan
juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena ibu yang berpendidikan tinggi
akan mempunyai aspirasi dan motivasi untuk mendorong anak agar berprestasi
setinggi-tingginya.
c.
Jenis Kelamin
Adi Subroto, Watson, Lingren,
Martaniah (Linda, 2004) menemukan adanya perbedaan motivasi berprestasi antara
pria dan wanita, pria mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada
wanita.
d.
Pola Asuh
Dari penelitian
didapat bahwa motivasi berprestasi terbentuk sejak masa kanak-kanak dan
dipengaruhi oleh cara ibu mengasuh anaknya (Suroso dalam Linda, 2004).
Selain itu hal-hal yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi adalah :
1.
Pendidikan
Soemanto dan Setianingsih
(Hurlock,1981) mengatakan bahwa pendidikan adalah pengalaman yang memberikan
pengertian perubahan terhadap suatu objek yang menyebabkan berkembangnya
kecakapan seseorang dalam membentuk sikap tingkah lakunya. Soemanto (1984) dan
Setianingsih (1986) menggambarkan pendidikan formal seperti TK,SD
sederajat,SLTA sederajat dan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal
diperoleh dalam keluarga dan kehidupan berkelompok. Semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dicapai maka akan semakin besar juga untuk menerima pandangan
dan wawasan baru.
2.
Lama Kerja
Menurut Ranupandojo (Linda,2004),
lama kerja adalah banyaknya waktu yang menyatakan bahwa seseorang telah menjadi
karyawam pada suatu perusahaan dan faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan
dan keterampilan sehingga dapat menguasai pekerjaan dengan lebih baik.
3.
Lingkungan
Tantangan yang ada dalam suatu
lingkungan akan menetukan tinggi rendahnya dorongan berprestasi individu.
Seandainya tantangan yang ada dalam lingkungan itu sedang-sedang saja maka
motivasi berprestasi individu tersebut akan tinggi. Namun jika tantangan itu
terlalu besar atau terlalu kecil maka motivasi berprestasinya akan berkurang
(Mc Clelland dalm Linda, 2004).
4.
Keluarga
Cara mengasuh anak dan pelatihan
yang diberikan kepada anak-anak untuk dapat berdiri diatas kaki mereka sendiri
(mandiri) serta agar dapat menguasai keterampilan atau keahlian tertentu dalam
usia dini dan tidak ada penolakan dalam diri anak. Orang tua yang memiliki
standar kualitas tinggi menganjurkan anak-anaknya akan meningkatkan motivasi
berprestasi yang tinggi pada anak (Mc Clelland, 2004).
5.
Pengaruh yang Berasal dari Dalam Diri Individu
Menurut Harisson
(Linda, 2004), yaitu ada kemampuan dalam mempersiapkan diri secara
bersungguh-seungguh untuk bekerja juga bersedia menerima dan mencoba pekerjaan
untuk memperoleh pengalaman kerja. Menghindari dari pola pemuasan kesukaran
untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang mengandung arti bersedia
berkorban untuk mencapai tujuan. Motivasi berprestasi yang terjadi pada masa
anak-anak tidak hanya ditentukan oleh orang tua saja, tetapi juga dapat berubah
karena proses pendidikan, latihan-latihan dan adanya faktor kematangan dan
proses belajar pada masa selanjutnya (Mc Clelland dalam Martaniah, 1984).
Motivasi berprestasi merupakan
suatu hal yang dipelajari, oleh karena itu pembentukannya sangat ditentukan
oleh faktor lingkungan terutama keluarga sebagai lingkungan terdekat. Selain
itu karena terbentuk dari lingkungan maka kebutuhan berprestasi bisa berubah
sejalan dengan perkembangan yang dialami individu yaitu melalui latihan,
pendidikan, kematangan dan proses belajar. Locke (Kumalasari, 2006) menjelaskan
bahwa pengalaman atau kematangan, wawasan diri dan usia individu berpengaruh
terhadap motivasi berprestasi individu. Kemudian Mc Clelland (1961) yang
mengemukakan bahwa ada enam aspek motivasi berprestasi pada diri individu,
yaitu :
a. Bertanggungjawab dan kurang suka mendapat bantuan orang lain.
b. Mencapai prestasi dengan sebaik-baiknya.
c. Ingin hasil yang konkrit dari usahanya.
d. Memperhitungkan kemampuan diri dengan resiko sedang.
e. Tidak senang membuang-buang waktu serta gigih.
f. Memiliki antisipasi yang berorientasi kedepan.
Dari uraian diatas dapat
diketahui bahwa motif berprestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pendidikan, masa kerja, lingkungan dan keluarga, disamping faktor yang berasal
dari dalam diri individu yaitu kemampuan diri, adanya kemampuan besar untuk
mandiri serta bersedia berkorban untuk mencapai tujuannya. Kemudian ada
beberapa aspek kebutuhan berprestasi dalam diri individu yaitu bertanggung
jawab dan kurang suka mendapat bantuan dari orang lain, mencapai prestasi
dengan sebaik-baiknya, memperhitungkan kemampuan diri dengan risiko yang
sedang, ingin hasil yang konkrit dari usahanya, tidak senang membuang-buang
waktu serta memilikiantisipasi yang berorientasi kedepan.
Motif berprestasi kewirausahaan
Para ahli mengemukakan
bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya suatu motif
tertentu,yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif berprestasi ialah
suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna
mencapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana,1980:55). Factor
dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori Maslow kemudian
oleh Clayton Alderfer dikelompokkan menjadi tiga kelompok,yang dikenal dengan
teori existence,relatedness,and growth (ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi (existence)
yaitu menyangkut keperluan material yang harus ada (termasuk physiological
need and security need dari Maslow).
Kedua, ketergantungan (relatedness), yaitu
kebutuhan untuk mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk social and
esteem need dari Maslow)
Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu
kebutuhan intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk self-actualization
and esteem need dari Maslow).
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach)
terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan
lebih efisien dibanding sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada
umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan
persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
3. Berani menghadapi risiko dengan penuh
perhitungan.
4. Selalu memerlukan umpan balik yang segera
untuk melihat keberhasilan kegagalan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan
secara seimbang (fifty-fifty)
Kebutuhan akan
kekuasaan (n’Pow), yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan,dan
menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada
status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi
orang lain.
Kebutuhan untuk
berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang
lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan,bekerja sama daripada persaingan,dan saling pengertian. Menurut
Stephen P.Robbins (1993:214),kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat
kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Victor Vroom
(1964) mempunyai sebuah teori yang disebut teori harapan. Ia mengemukakan bahwa
kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah bergantung pada
kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain
yang dihasilkan bagi seseorang. Menurutnya ada tiga variabel yang saling
berhubungan yaitu :
- Attractiveness, yaitu merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan.
- Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara imbalan yang diperoleh dan kinerja.
- Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan.
Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70),ada
tiga fungsi motif, yaitu :
1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau
sebagai motor yang melepaskan energy
2. Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu
3. Menyeleksi perbuatan,yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan
dengan menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu
Dalam “Entrepreneur’s Handbook”, yang dikutip
oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8), dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang
berwirausaha, yakni:
1. Alasan
keuangan.
2. Alasan
sosial.
3. Alasan
pelayanan.
0 Response to "Motivasi Berprestasi"
Post a Comment